Hujan baru saja mengguyur kota Jakarta. Terasa dingin malam ini...langit gelap, bintang pun tak keliatan menghiasi langit malam. Jika sedang sunyi seperti malam ini, jadi ingat dengan mama yang memilih tinggal dengan saudara yang di sana. Keadaannya sekarang pasti sudah bertambah tua keliatannya...
Benar-benar jauh sekali perubahan fisiknya mama jika dilihat-lihat semenjak ditinggal kepergian papa 5 tahun yang lalu menghadap sang pencipta. Awal-awal kepergian papa....sikap mama terlihat tidak ada yang berubah, masih suka berdandan seperti biasa, wajahnya masih terlihat cantik dan penuh energy dalam usianya yang sudah 53 tahun.
Tapi setahun kemudian...mulai ada perubahan. Mama nampak mulai gelisah dan melakukan hal-hal yang tidak jelas tujuannya dalam kehidupannya..., dan bolak-balik menyatakan keinginannya untuk tinggal di kampung. Sebagai anak, kami mengingatkan untuk apa ia tinggal di kampung, bukan kah di kampung sudah tidak ada rumah lagi yang kita miliki..??
Rumah kami runtuh kena gempa besar yang mengguncang kampung kami beberapa tahun silam. Pemerintah ada memberikan bantuan dana untuk membangun kembali rumah penduduk yg kena musibah gempa, tetapi uang bantuan dari pemerintah itu tidak digunakan untuk membangun rumah, malah dibagi dua dengan sepupunya yang menjaga rumah kami di kampung dan akhirnya habis dipakai untuk hal-hal yang tidak ada hasilnya...
Apalagi...Mama sebagai anak tunggal, dari ibunya yang juga anak tunggal, tidak ada punya saudara kandung yang tinggal di kampung...yang ada hanya sepupu-sepupunya. Sedangkan sejak menikah dengan almarhum papa, awalnya hanya mama yang diboyong pindah ke Jakarta oleh papa dan karena kemurahan Tuhan kami, Allah Yang Maha Pengasih, nasib baik pun berpihak kepada kami sehingga akhirnya kami sekeluarga semuanya bisa menetap di kota Jakarta ini.
Walaupun mama sudah dinasehatin jika pulang kampung nanti tak ada rumah lagi, tapi mama nekad tetap minta pulang kampung. Mama mengatakan bahwa ia memiliki uang tabungan yang banyak dan uang untuk tiket pesawat ia akan bayar sendiri...Nanti untuk tempat tinggal, banyak sepupu-sepupunya di kampung yang rumahnya besar-besar untuk ia menumpang tidur...
Ya sudahlah..., mengingat kami anak-anaknya disini juga tak bisa berbuat banyak melarang keinginan mama untuk pulang kampung. Terserah mama lah. Mungkin mama ingin mengenang kembali nostalgia masa-masa dahulu ia bertemu dengan papa di kampung sebelum menikah...
Hampir sebulan di kampung....mama pun mengatakan bahwa ia ingin kembali ke Jakarta, tidak kuat ia tinggal di kampung. Kata mama di kampung kehidupan tidak seramai Jakarta, ia merasa aneh, canggung dan tidak nyaman dengan kehidupan di kampung.... Kembali ke Jakarta....
Balik dari kampung...ternyata tidak menghilangkan kegelisahan hidup mama, yang ada malah ia tetap gelisah dan semakin tidak jelas maunya apa... Mama mengatakan ia ingin ke Pekan Baru menjenguk sepupunya yang lain...Ia ingin ke kota Medan menjenguk teman-teman masa kecilnya dahulu, ia ingin mengunjungi bosnya ketika kecil dahulu, ia ingin mencari sahabat-sahabatnya dahulu....Mama bilang ingin jalan-jalan dan menghibur diri...
Mungkin ketiadaan papa sangat memukul hati mama. Mama ternyata belum siap ditinggal papa...Kami anak-anaknya gadisnya pun ketiga-tiganya sudah keluar dari rumah, mengikuti kemana suami kami pergi membawa kami, disibukan dengan urusan rumah tangga kami, menjaga dan merawat anak-anak kami.
Sudah sering saat menjenguk mama, kami ajak tinggal dengan kami, tapi ia tidak mau, katanya ia masih sayang dengan rumah peninggalan almarhum papa.Ia merasa tak nyaman tinggal di rumah menantunya.
Masalah perasaan nyaman ini pastilah berbeda. Mama mungkin sudah biasa senang dengan rumahnya yang besar, yang luas dan tertata rapi. Tetapi ketika menengok ke rumah anak-anak gadisnya yang sudah bekeluarga yang ukurannya sangat standar, mungkin itu tak nyamannya mama. Padahal menurut kami lapang atau sempitnya rumah, rahasianya ada di dalam hati kita. Mmmhhhh...., entahlah. Mungkin berdoa memohon kebaikan buat mama lebih baik...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar